Demo: Puluhan sopir taksi lokal melakukan demo di kantor Wali Kota, kemarin. Mereka menuntut Wako agar mencabut izin operasional taksi Blue Bird. Alasannya, kehadiran Blue Bird membuat penghasilan mereka berkurang
Pendapatan Turun, Blue Bird Tambah Armada
PALEMBANG – Puluhan sopir taksi yang tergabung dalam Primer Koperasi Angkatan Udara (Primkopau) Balido, dan Kotas mendatangi kantor Wali Kota Palembang, kemarin. Mereka menuntut Wako Eddy Santana Putra mencabut izin operasional PT Blue Bird Group di kota pempek ini.
Lho, apa masalah? Menurut para sopir tersebut, taksi Blue Bird tidak menggunakan tarif minimal yang diputuskan DPC Organda. Bahkan, Blue Bird akan menambah armada baru sebanyak 50 dari 100 unit yang ada.
Para sopir taksi lain pun resah. Lantaran jumlah kuota tersebut melebihi taksi lokal. Di samping, mereka mengaku pendapatannya setiap hari menurun lantaran banyak warga lebih memilih taksi Blue Bird daripada taksi lokal.
“Apabila tuntutan kita tidak dipenuhi, kita akan membawa massa lebih besar lagi ke kantor Wali Kota,” ujar Ican, seorang sopir taksi kepada wartawan. Sesuai SK DPC Organda No 020/kDPC-OGD/VI/2012 ditetapkan tarif minimal Rp20ribu walaupun jarak dekat.
Asisten III Setda Kota Palembang HMY Badaruddin menegaskan, pihaknya akan menindaklanjuti laporan para sopir taksi lokal di Palembang. “Kita diminta mereka untuk mengevaluasi keberadaan Blue Bird karena menurut mereka Blue Bird tidak mematuhi peraturan organda soal argo. Jarak minimal walau dekat harus membayar Rp20 ribu, tetapi ada yang Rp13 ribu dan sebagainya,” ujarnya.
Langkah selanjutnya, kata Badaruddin, pihaknya telah menerima laporan dan akan meneruskan laporan tersebut ke Wali Kota Palembang. “Nanti kita laporkan dahulu ke Wali Kota karena beliau pengambil kebijakan. Langkah apa yagn dilakukan? Pak Wali lebih tepat dan paham akan persoalan."
Namun, jelas Badaruddin, para sopir taksi lokal juga sudah memahami bahwa manajemen Blue Bird itu bagus. “Mereka minta agar taksi lokal (selain Blue Bird) untuk lebih diprioritaskan. Nah, kalau soal pelayanan itu kembali kepada hak kita masing-masing mau memilih yang mana."
Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan Pengendalian dan Penindakan Operasi (Wasdalops) Dishub Kota Palembang Pathi Riduan mengatakan menindaklanjuti laporan dari taksi lokal tersebut pihaknya memanggil manajemen Blue Bird untuk konfimasi. “Yang jelas, komitmen yang sudah ada harus dipatuhi terlebih dahulu. Ke depan, kita dapat melakukan razia terhadap taksi yang menarik tarif tidak seusai dengan argo. Kita siap apabila memang butuh show force."
Sebenarnya, terang Pathi, pemeriksaan itu mudah. “Tidak mesti dari razia, sebab dapat diketahui juga dari pemeriksaan di balai pengujian. Kita dapat megetahui taksi itu sudah sesuai dengan aturan atau belum karena setiap enam bulan kendaraan itu mesti dilakukan pengujian. Tetapi yang jelas, pihaknya memfasilitasi siapapun untuk bersaing di bidang angkutan, seperti yang dilakukan Transmusi,” jelasnya.
Ketua DPC Organda kota Palembang, H Sunir Hadi mengungkapkan Blue Bird belum layak untuk menambah armada karena jumlah taksi yang ada sudah lebih dari mencukupi. “Hasil survey kita belum layak adanya penambahan armada,” ungkapnya singkat.
Sementara itu, Kepala Cabang Blue Bird Wilayah Palembang Rudi Alwazan mengatakan tudingan para taksi lokal bahwa Blue Bird tidak menerapkan tarif minimal itu tidak benar. “Kita sudah menaati setiap peraturan yang ditetapkan. Kalaupun nanti ada sweeping, kita sangat menyambut baik. Tetapi sweeping itu jangan hanya berlaku untuk Blue Bird, tetapi dilakukan juga kepada taksi yang lain,” ungkapnya
Mengenai rencana untuk penambahan armada, Rudi mengakui rencana tersebut benar. “Kita dapat izin menambah 100 unit, tetapi tahap awal kita akan tambah 50 unit dahulu. Realisasinya, kalau tidak ada halangan akan datang awal Januari nanti,” terangnya.
Dia mengakui, kebutuhan taksi di Palembang masih kurang. Hal itu berdasarkan analisa kelayakan usaha yang dilakukan Blue Bird di Palembang. Karena rata-rata masyarakat banyak kecewa dengan pelayanan taksi lokal.
Penambahan itu, terangnya, didasarkan pada kebutuhan customer sebab armada yang ada sudah tidak dapat menampung kebutuhan masyarakat. Dalam sehari, ada sekitar 1.800 customer yang order taksi Blue Bird. “Kita sebenarnya ingin mengajak para taksi lokal untuk bersama-sama meningkatkan pelayanan. Kita berharap mari kita bersaing secara sehat dan tingkatkan pelayanan masing-masing. Apabila pelayanan baik, maka dengan sendirinya masyarakat memilih taksi itu,” ungkapnya (cj7)
Sumatera Ekspres, Selasa, 18 Desember 2012