Sabtu, 05 Januari 2013

Waktu Utama buat Berdoa

Waktu Utama buat Berdoa

PALEMBANG -- Sudah menjadi tradisi, saat menyambut perayaan Imlek, warga Tionghoa, khususnya umat Tridharma melakukan ritual sembahyang, bersih-bersih rumah sebagai penghormatan kepada dewa Cau Kun Kong.

"Dewa Cau Kun Kong atau dewa dapur bertugas mencatat baik dan buruknya perbuatan manusia di rumah tersebut dalam satu tahun," ujar Wakil Ketua Majelis Rohaniawan Tridharma Indonesia (Matrisia) Komisariat Sumatera Selatan (Sumsel), Tjik harun, kemarin.

Biasanya, kata Tjik Harun, ritual bersih-bersih rumah diadakan pada 24 bulan 12 atau seminggu menjelang perayaan Imlek dengan harapan dewa tersebut melaporkan perbuatan yang baik dilakukan manusia.

Pada riual tersebut, terang Harun, umat Tridharma memberikan persembahan makanan berupa makanan yang manis dan lengket, seperti aneka dodol dengan harapan segala sesuatu yang manis yang didapat di tahun ini akan terus lengket dan tetap diberikan di tahun depan. Bukan hanya di rumah, di setiap vihara dan kelenteng pun biasanya ada kegiatan ritual dengan membersihkan meja altar dan akan memasang lampu lampion di lingkungannya.

Dalam melakukan ritual sembahyang tersebut, masing-masing warga Tionghoa, khususnya Tridharma memohon kepada dewa baik doa agar diberikan rezeki serta berkah di tahun berikutnya dan umurnya panjang, serta jauh dari bencana. "Semua doa yang ditujukan kepada dewa tergantung dengan masing-masing individu, sehingga merupakan waktu yang utama buat berdoa, memohon sesuatu keinginan mereka (umat Tridharma, red)," tutup Harun. (wia/vin/ce2)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 4 Januari 2013
Waktu Utama buat BerdoaWaktu Utama buat Berdoa
Waktu Utama buat Berdoa

Tak Hanya Simbol, Memiliki Makna

Tak Hanya Simbol, Memiliki Makna

PALEMBANG -- Menjelak perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa mulai mempercantik kediamannya dengan memasang aneka pernak-pernik Imlek seperti lampion merah, bunga persik, dupa bahkan mercon. Pernak-pernik tersebut ternyata bukan hanya simbol, tapi mempunyai makna tertentu.

Ahli fengsui asal Sumsel, Candra Wijaya Pasadenah mengatakan, lampion merah merupakan lampu yang terbuat dari kertas berwarna merah menyala melambangkan bahagia dan meriah. "Bukan hanya sebagai simbol namun bentuknya yang cantik dan unik membuat suasana Imlek semakin meriah," ujarnya.

Sedangkan bunga persik (meihua) yang merupakan buah khas dari Negeri Tirai Bambu melambangkan keteguhan dan ketahanan terhadap ujian bagi warga Tiognhoa. "Bunga teratai air ini bisa juga dimanfaatkan untuk menambah cantiknya suasana di Hari Raya Imlek," terangnya.

Selain itu, bunga persik dipercaya juga membuang nasib sial yang akan datang di tahun selanjutnya. Pernak-pernik yang juga biasa ada saat Imlek adalah bambu yang melambangkan keselamatan dan rendah hati.

"Untuk lebih memeriahkan perayaan Imlek, warga Tionghoa juga menggunakan mercon karena dipercaya melambangkan bahwa di tahun mendatang akan ada yang meledak rezekinya," jelas Candra. Kemudian ada dupa sebagai peralatan sembahyang kepada dewa-dewa yang disembah. Dikatakan, dupa atau yang biasa disebut hio sebenarnya adalah medium unutk melakukan ssembahyang atau bagian dari peralatan sembahyang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus di dalamnya.

"hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewa di atas sana," urai dia. Untuk menaknainya, hio yang wangi yakni sebagai penyucian batin dan lingkungan. (wia/vin/ce2)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 4 Januari 2013