Minggu, 16 Desember 2012

Wayang Tiongkok Nyaris Hilang


Ilustrasi Wayang Tiongkok (LEMABANG 2008 Image).

PALEMBANG -- Keberadaa kesenian tradisional makin memprihatikan saja. Teknologi yang kian berkembang membuat life style dan minat masyarakat bergeser. Patokannya ke budaya-budaya yang lebih modern. Akibatnya seni budaya tradisional pun terabaikan.

Pengurus Grup Wayang Tiongkok Sam Kau Bun Gei Siah, Acit, mengakui demikian. "Pertunjukan wayang orang asal Tiongkok ini sudah jarang sekali. Padahal wayang tersebut sangat menarik dan punya makna kehidupan di setiap ceritanya," ujar Acit kepada koran ini, kemarin (14/12).

Saat ini grup wayang Tiongkok yang ada di Palembang hanya ada dua grup. "Padahal warga keturunan Tiongkok di Palembang sendiri telah mencapai ribuan, namun kebanyakan yang menyukai kesenian ini kalangan orang tua," ujarnya.

Oleh karena itu, untuk menarik dan mengajak kalangan muda menonton wayang orang, pada setiap penampilan, pihaknya akan membuat cerita wayang yang mengisahkan percintaan anak muda. "Penggemar wayang Tiongkok ini mayoritas kalangan orang tua yang rindu masa kecil, temanya kita sesuaikan dengan kegemaran penonton. Kia selingi dengan tema anak muda agar menarik minat kalangan muda Tionghoa," katanya.

Dia menjelaskan, Sam Bun Gei Siah sendiri merupakan perkumpulan grup wayang Tiongkok yang eksistensinya sudah sangat jarang tampil dalam sebuah kesempatan, bahkan di kalangan generasi muda Tionghoa sendiri banyak yang tidak mengenal lagi kesenian tradisional ini.

Beum lama ini, lanjut dia, grup wayang Sam Kau Bun Siah sempat menampilkan pertunjukan wayang orang di Kelenteng Liong Toh Kiong, Jl Dr M Isa. "Saat HUT Dewa, grup wayang kita biasanya dilibatkan pementasan kesenian untuk menghibur umat yang memperingati HUT Dewa," tuturnya.

Selain hiburan, juga sebagai upaya pelestarian dari pengurus Kelentang. Saroni, Ketua Kelenteng Liong Toh Kiong mengungkapkan, pada saat perayaan HUT Dewa, pihaknya sengaja memberikan hiburan wayang Tiongkok kepada para warga keturunan Tiognhoa yang datang ke kelenteng.

"Wayang Tiongkok sudah jarang sekali kita temui. Tidak semua kelenteng menampilkan wayang. Tapi kita ingin ikut melestarikannya agar tidak punah," ungkap dia. Selain itu agar generasi muda mengenal dan ikut berupaya melestarikan kebudayaan leluhur tersebut.

Pertunjukkan wayang Tiongkok menampilkan cerita-cerita tentang leluhur warga keturunan Tionghoa. Kebanyakan menampilkan cerita klasik berdasarkan penuturan para tetua atau didongengkan dari ibu ke anak. (ce15/ce1)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 15 Desember 2012

Danau Ranau Masih Menawan


Pemandangan Danau Ranau yang terletak di Kabupaten OKU Selatan, Provinsi Sumsel yang hingga kini masih asri dan belum banyak tersentuh

MUARADUA - Lokasi wisata Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan), masih menarik untuk dikunjungi.

"Tapi sayang, lokasinya agak jauh dari Kota Palembang. Perjalanan enam jam, tanpa paket pendukung diperjalanan terasa membosankan," ujar Usman Effendi, pengurus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Sumsel.

Danau terluas kedua di Pulau Sumatera, setelah Danau Toba di Sumatera Utara, merupakandanau volcano masih menyajikan pemandangan alami dan belum banyak sentuhan.

Pemandangan pagi hari, beberapa perahu pencari ikan menjadi sajian menarik. Nelayan memasang jaring untuk diangkat menjelang sore. Atau melepas jaring menjelang malam, untuk dipanen menjelang pagi.

Danau Ranau merupakan danau bentukan dari letusan besar pada zaman purba. Menurut kajian kalangan geologi, danau terbentuk akibat letusan volkano sekitar 2 juta tahun lalu dan menyisakan kaldera di bawah permukaan air.

Danau yang berada persis berada di atas Patahan Semangka, yang membentang sepanjang 1.200 kilometer dari ujung Aceh sampai ke Selatan sampai ke Lampung Selatan.
Penulis : Sutrisman
Editor : Soegeng Haryadi
Sriwijaya Post - Jumat, 14 Desember 2012