Minggu, 10 Agustus 2014

Melihat Objek Wisata Monpera Palembang

Minim Kunjungan, Areal Dijadikan Taman Publik



Melihat Objek Wisata Monpera Palembang

Barang Rawan Dicuri, Pasang CCTV
Monumen Perjuangan Rayat (Monpera) menjadi simbol perjuangan para pahlawan asal Palembang dalam mengusir penjajah dari bumi pempek. Monpera terus dipercantik oleh Pemerinta Kota (Pemkot) Palembang.

Areal Monpera yang dulunya ditutup pagar, kini sudah dibuka menjadi ruang publik sehingga warga bebas masuk ke dalam areal Monpera tanpa terkecuali.

Meski masyarakat bebas bersantai di areal Monpera, namun pihak UPTD Pengelolaan Sarana Objek Wisata Kota Palembang tetap memonitoring aktivitas warga di sekitar areal untuk memberikan keamanan dan kenyamanan.

Agusti SH MH, Kepala UPTD Pengelolaan Sarana Objek Wisata Kota Palembang, mengatakan, Monpera saat ini terus dibenahi dan dipercantik sesuai agenda utama Pemkot Palembag. "Monpera sekarang memiliki tinggi 17 meter, dengan 8 lantai, dan mempunyai 45 bidang dan sisi. Sesuai dengan tanggal kemerdekaan Indonesia 17 bulan 8 tahun 45," ujar Agusti.

Berdasarkan data yang ada, tercatat rata-rata tingkat kunjungan pelancong masih relatif sepi, yakni berkisar 15 orang per hari. Paling ramai saat hari libur dan saat perayaan HUT Kemerdekaan RI, 17 Aguustus. Sementara saat libur Lebaran masih sepi karena lebih memilih mudik. "Paling banyak mengunjungi Monpera adalah siswa-siswa sekolah," ujar Agusti.

Monpera berdiri kokoh di pinggir Jalam Merdeka. Ciri khasnya adalah cagak (tiang) beton yang kokoh bertautan di bagian samping kiri dan kanannya. Monpera kini sudah dilengkapi kamera CCTV dan dimonitor di lantai satu. Namun, meski sudah terpasang kamera CCTV masih saja ada kejadian, lampu di dalam lantai Monpera yang hilang diduga dicuri.

Saat kunjungan Koran Ini, Monpera sangat sepi dikunjungi. "Tingkat keamanan Monpera sudah jauh lebih baik dengan pemasangan kamera, selain tu kita pasang AC agar pengunjung nyaman dan tidak kepanasan," kelasnya.

Tiket masunk untuk siswa sekolah Rp 1.000, bagi mahasiswa Rp 2.000, umum Rp 5.000 dan turis asing Rp 20.000 sesuai Perda Kota Palembang No 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Pemakaian aset Daerah.

Sumatera Ekspres menelusuri delapan lantai. Hingga kini di monumen yang disebut juga palagan Palembang itu, hanya terdapat sekitar 30-an koleksi. Hampir semua lantai memiliki koleksi foto dan lukisan perjuangan kemerdekaan.

Lantai pertama atau lantai dasar terdapat ruang pnitipan barang dengan monitor CCTV disertai foto masa perjuangan. Terdapat pula buku-buku sejarah dan perjuangan yang bsa dibaca pengunjung.

Pada lantai dua terdapat foto-foto pahlawan, lukisan perjuangan, pucuk senjata dan mata uang dari tahun 1945 sampai dengan sekarang. Lantai tiga terdapat patung setengah badan pahlawan Palembang yakni dr AK gani, drg M Isa, Residen Abdul Rozak, pakaian subkos dan foto pahlawan.

Lantai empat terdapat ranjau hingga alat pelontar bom yang kerab dipakai pejuang tempo dulu. Lantai lima replika patung setengah badan pahlawan Palembang yakni Mayjen TNI H Bambang Utoyo, Brigjen TNI H Hasan Kasim dan Kolonel H Barlian.

Lantai enam terdapat lukisan perjuangan kemerdekaan. Lantai tujuh gudang yang berisi buku sejarah dan perjuangan. Sedangkan lantai delapan juga terdapat foto dan lukisan para pahlawan. Para pengunjung juga bisa naik ke atap Monpera dan bisa melhat dari atas keadaan Kota Palembang terutama Jembatan Ampera. "Nah, kalau sudah di atap Monpera, siswa dan pngunjung suka foto-foto," tutupnya. (roz/nni/ce1)

Ikon Baru Palembang



Sebagai salah satu perwajahan Kota Palembang, selama ini Monpera terkesan tidak dianggap. Selain itu sepi kunjungan, juga kurang menarik untuk dikunjungi. Hal itu yang mendorong Pemkot Palembang melakukan revitalisasi. Konsep ke depan Monpera jadi kawasan dan taman terbuka untuk publik.

Kepala Dinas Tata Kota, Isnaini Madani, mengakui belum optimalnya fungsi dan keberadaan Monpera. Padahal, secara lokasi sangat strategis karena terletak di pusat kota. "Saat ini, terus dikerjakan perbaikan Monpera. Monpera akan menjadi taman dan kawasan terbuka untuk publik," bebernya.

Selain pagar, objek revitalisasi lainnya seperti penghijauan di seluruh area dan keliling Monpera. "Akan disediakan tempat foto-foto dengan view langsung ikon Palembang dan Ampera," tuturnya. Untuk menarik minat masyarakat agar berkunjung ke museum, akan dibangun lift, namun di lantai lima. Masyarakat yang ingin naik ke rooftop (puncak Monpera) harus berjalan kaki.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang, Yanurpan mengatakan, Monpera memang harus segera direvitalisasi mengingat kondisi fisik bangunan sudah banyak tidak prima lagi. Banyak batu alam yang terkelupas. "Revitalisasi akan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) terkait, sesuai dengan tugas dan fungsi," cetusnya.

Misalnya, Penerangan Jalan, Pertamanan, dan Pemakaman (DPJPP) yang akan melakukan penambahan lampu, taman, dan air mancur. Kemudian Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (PU BM) membangun jalan dan lainnya. "Pengerjaan Monpera akan dilakukan secara bertahap," sebutnya.

Dia menambahkan, kenyamanan yang meliputi kebersihan, keindahan, dan keamanan Kota Palembang akan menjadi daya pikat investasi dan kunjungan wisata ke Palembang. "Palembang harus dibuat senyaman mungkin sehingga warga maupun pendatang merasa betah," kata Yanurpan. (yun/ce1)

Monpera-Museum SMB II Jadi Satu Kawasan



Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palembang, Yanurpan Yany, melalui sekretaris Ahmad Zazuli mengungkapkan, Monpera terus dibenahi oleh Pemkot Palembang. Meskipun anggaran masih terbatas, pemkot berencana menjadikan Monpera sebagai destinasi tujuan wisata unggulan dan sebagai taman kota selain Kambang Iwak.

Tahap awal, Monpera sudah dibenahi dan dipercantik dengan menambah fasilitas. "Sudah dua tahun belakangan ini, Pemkot Palembang melakukan pembenahan secara bertahap, sekarang sudah lumayan bagus," ujar Zazuli.

Tahun 2014 ini, fasilitas terus ditambah seperti AC dalam ruangan Monpera agar pengunjung merasa betah dan nyaman. Selain itu, penambahan daya listrik untuk menerangi kawasan Monpera. "Sesuai perintah Wali Kota Palembang, menjadikan areal Monpera sebagai ruang publik yang terbuka untuk umum. Jadi publik bebas memasuki areal tersebut kecuali jika mau masuk monumen harus bayar tket," ucapnya.

Langkah awal yang sudah dilakukan ialah membuka pagar yang membatasi Monpera, dan mengubahnya menjadi tempat duduk untuk bersantai warga. Untuk menambah kecantikan areal Monpera, Disbudpar berkoordinasi dengan instansi dari beberapa SKPD seperti Dinas Pertamanan, Dinas Tata Kota dan lainnya.

Nah, dalam waktu dekat ini, pemkot akan menjadikan Monpera menjadi satu kawasan dengan Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMBV) II yang tepat berada di belakang Monpera. "Ke depan, Monpera dan Museum SMB II akan menjadi satu kawasan, nanti kita akan buka pagar yang memisahkan kedua bangunan tersebut. Hal ini supaya kawasan taman semakin luas bagi pelayanan publik," terangnya.

Menurut Zazuli, hal itu akan mulai terlihat pada akhir tahun 2014 dan diupayakan pada tahun 2015 sudah menjadi satu kawasan. "Ini adalah gebrakan dari Wali Kota Palembang," pungkasnya. (roz/ce1)

Sumatera Ekspres, Minggu, 10 Agustus 2014

Minggu, 03 Agustus 2014

Warga Lebih Tertarik Kunjungi Wisata Modern Ketimbang Wisata Sejarah

Orang Tua Harus Ikut Andil



Warga Lebih Tertarik Kunjungi Wisata Modern Ketimbang Sejarah

Nasib wisata seperti berada di ujung tanduk. Setiap hari libur, tingkat kunjungan wisata tak seramai dengan wisata modern. Selain minim promosi, fasilitas yang disediakan pun terkesan minim. Bagaimana pemerintah menyikapinya?

________________________________________



Berlibur itu menyenangkan. Banyak warga berbondong-bondong membawa anggota keluarga menikmati beragam paket wisata. Baik itu, wisata alam, wisata sejarah hingga wisata modern. Belakang, wisata mocern yang didominasi hasil karya manusia cenderung diminati warga. Sementara, wisata sejarah maupun wisata alam sangat minim. Padahal, banyak edukasi yang didapat melalui wisata sejarah maupun wisata alam ini. Terutama bagi anak usia dini. Dengan demkian, para orang tua harus ikut andil meramaikan wisata sejarah. Di Sumsel misalnya, wisata alam cukup banyak. Tetapi, hanya dikunjungi saat libur hari-hari besar. Sementara wisata modern hampir setiap akhir pekan diserbu pengunjung.

Seperti halnya pada libur Lebaran tahun ini. Tingkat kunjungan pada sejumlah objek wisata alam seperti di Gua Putri di Kabupaten OKU, Air terjun Bedegung di Kabupaten Muara Enim, Danau Ranau di Kabupaten OKU, Bukit Siguntang di Palembang hingga lokasi wisata alam lainnya di Sumsel tak seramai dibanding wisata modern Amanzi Waterpark, OPI Waterfun maupun Fantasy Iceland.

Semestinya, para orang tua memberikan keseimbangan kepada anak-anaknya untuk mengenal semua jenis wisata. Sehingga, akan memberi memori yang baik bagi perkembangan anak. "Memang harus seimbang sih. Sehingga anak-anak dapat memahami sejarah, terutama bagi mereka yang sudah sekolah," ujar Fatmawati, ibu rumah tangga yang sengaja membawa anaknya ke Monpera Palembang untuk melihat sejarah perjuangan kemerdekaan.

Ia mengakui, wisata sejarah amupun wisata alam banyak dikunjungi saat hari libur tertentu. Seperti halnya libur Lebaran saat ini. "Ya kerena banyak waktu luang. Jadi, anak-anak dibebaskan untuk memilih. Selain itu, kalau wisata sejarah tidak terlalu berdesak-desakan dibanding wisata modern," katanya.

Semenatara di Museum Balaputr Dewa, Km 5, Kota Palembang. Meskipun tidak signifikan, tapi warga asli Palembang yang kebetulan mengajak saudara berlibur ke Palembang memilih museum tempat penyimpanan peninggalan sejarah itu sebagai tujuan.

"Banyak dari luar Palembang, seperti Bogor, Bandung dan Jakarta. Tapi sebenarnya mereka asli Palembang, tapi berlibur dan mengajak keluarga ke sini (museum, red) sebagai edukasi," ungkap Beni, pemandu wisata Museum Balaputr Dewa Palembang.

Dijelaskan, selama masa liburan Lebaran tahun ini, dalam sehari jumlah kunjungan mencapai 60 orang dari umum. Jumlah kunjungan yang sulit dicapai pada hari-hari biasa. "Kalau hari biasa untuk umum sulit mencapai jumlah kunjungan 50 orang, tapi kalau anak sekolahan biasanya datang berombongan. Rata-rata mereka yang datang memang ingin mengetahui sejarah Kerajaan Sriwijaya, bahkan ada seju,lah backpacker dari Belanda," ucapnya.

Indah pengunjung museum yang dibincangi Sumatera Ekspres mengaku, sengaja memilih museum untuk memberikan pengetahuan kepada anaknya tentang Sriwijaya. Maklum, saat ini menetap di luar Kota Palemban. "Penting untuk mengetahui sejarah, makanya saya ajak ke museum selama liburan jga bisa belajar," tukasnya.

Sementara di Taman Wisata Punti Kayu, sejak dibuka 29-31 Juli lalu, sudah tembus 4 ribu pengunjung dengan rata-rata 1.300 pengunjung setiap harinya. Mayoritas warga yang datang dari luar Kota Palembang yang berlibur bersama keluarga. "Kalau har biasa hanya 4 ratus pengunjung setiap harinya, terjadi peningkatan 200 persen pengunjung," kata Humas Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Antony, kemarin (2/8).

Menurut Antony, dipilihnya Punti Kayu oleh warga untuk menghabiskan liburan karena selain posisi letak yang strategis di tengah kota juga tiket masuk rekreasi yang terjangkau oleh masyarakat. "Tiket masuk dewasa Rp 10 ribu dan anak-anak Rp 5 ribu. Tapi memang sepertinya masyarakat lebih menikmati wisata alam ketimbang buatan, lebih alami dan bisa dinikmati semua kalangan," urainya.

Marwan, warga Banyuasin yang berwisata bersama keluarga mengaku lebih memilih Punti Kayu yang notabene wisata alam ketimbang mengunjungi mall dan lainnya karena mencari suasana yang kekeluargaan. "Di sini (Punti Kayu, red) kita bisa mengenal alam dan bisa santai berkumpul bersama keluarga, tidak di mall yang bersifat individual dan tidak bisa santai sambil gelar tikar," ungkap Marwan yang datang bersama anak dan istrinya.

Sementara pengamat pendidikan Prof Dr H Sirozi menilai wajar jika ada kecenderungan orang tua mengajak anggota keluaganya ke wisata modern. Kondisi ini tentunya sudah sesuai perkembangan zaman. "Saya kira sebenarnya orang tua mengajak anak ke tempat hiburan modern itu sesuai tren perkembangan di masyarakat," ujar Sirozi.

Ia mengatakan, untuk wisata alam (historis) pemerintah belum maksimal mempromosikan aset wisata alam, tak hanya sebatas itu saja manajemen pengelolaan hanya sekedarnya, segi keamanan juga kurang. "Di Sumsel pengelolaan potensi wisata alam di setiap daerah sangat banyak tapi cenderung promosi dan pengelolaan kurang. Sehingga orang tua terkadang lebih suka memperkenalkan anaknya ke wisata modern," ucap Sirozi.

Selain itu, untuk ke daerah belum lagi jarak tempuh yang jauh memakan waktu lama. Segi keamanan kurang terjamin. Makanan juga sulit di dapat. "Harapan ke depannya pemerintah dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan lebih baik lagi sehingga menjadi pilihan dari orang tua," katanya.

Tidak hanya sebatas itu, wisata alam juga dapat diinformasikan dengan pendidikan misalnya dengan keberadaan museum itu bisa memaksimalkan potensi museum yang saat ini masih kurang diminati. "Kurang peminat karena belum maksimal pengelolaan," tandasnya. (mik/cj9/nni/asa/ce1)

Momen Kumpul Bersama Keluarga



Warga Lebih Tertarik Kunjungi Wisata Modern Ketimbang Sejarah | Momen Kumpul Bersama Keluarga
Ramai: Pengunjung asyik bermain di wahana permainan yang berada di Amanzi Waterpark

Kunjungi Tempat Wisata dan Mall
Momen liburaan sekolah dan Lebaran banyak dimanfaatkan keluarga untuk berkunjung ke tempat pariwisata. Puncak liburan diprediksi akan berakhir hingga besok (hari ini, 3/8), sebab Senin (4/8) masyarakat sudah kembali beraktivitas.

Kepala Bagian (Kabag) Humas OPI Waterfun, Novi mengatakan, sehari setelah Lebaran permintaan kunjungan mengalami peningkatan signifikan bahkan mencapai 50 persen. "Kemarin pengunjung yang datang mencapai dua ribu orang. Jumlah itu meningkat dibanding kondisi normal yang berkisar 1.000 pengunjung per hari," ujarnya kemarin.

Dikatakan, tingkat kunjungan didominasi dari kalangan keluarga yang mencapai 95 persen. "Pengunjung mayoritas dari dalam Kota Palembang. Ada dari luar daerah tetapi tidak terlalu banyak, mungkin hanya 10 persen," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini masyarakat cenderung menghabiskan waktunya bersama keluarga untuk melakukan refresing. "Tetapi kami prediksi lonjakan ini hanya akan terjadi hingga minggu nanti kemudian kembali normal lagi," tukasnya.

Selain tempat wisata tujuan masyarakat menghabiskan waktu bersama keluarga di pusat-pusat perbelanjaan. Seperti di Palembang Indah Mall (PIM) nampak sangat ramai. Selain lalu lalang pengunjung banyak ke restoran dan wahana permainan. Event dan Promotion PIM, Intan mengatakan, hari ini traffic pengunjung masih sangat ramai yang mencapai 10 ribu pengunjung. "Jumlah ini meningkat 50 persen dari kondisi normal yang berkisar diangka 6 ribu-7 ribu pengunjung per hari," ungkapnya.

Namun, mulai Senin mendatang pihaknya optimis pengunjung akan kembali stabil. Itu dikarenakan masyarakat mulai masuk kerja. Corporate Manager Palembang Square (PS) Mall, Ghufron menambahkan, mulai Lebaran hingga H plus 4 pengunjung sangat lebih dari 60 ribu pengunjung per hari. "Untuk memfasilitasi pengunjung semua tenan juga tetap beroperasi selama Lebaran," ungkapnya. Selain berbelanja pengunjung memilih ke restoran dan ke tempat hiburan seperti menonton bioskop. (cj9/asa)

Tingkatkan Promosi Wisata



Butuh peran bersama dalam upaya memajukan sektor wisata. Baik itu wisata alam maupun wisata daerah. Sebab, kesiapan masyarakat juga dibuthkan. "Kalau wisata alam pengunjung kebanyakan orang kota yang bosan dengan suasana perkotaan, tapi kalau wisata modern kebanyakan pengunjung dari daerah," ungkap Sekretaris Dinas Pariwisata dan Budaya (Disbudpar) Palembang Drs Ahmad Zazuli.

Nah, mall hingga kolam renang serta permainan anak-anak merupakan bagian dari wisata modern. Banyak pengunjung dari daerah yang mendatanginya. Tetapi harus diingat, bahwa kehadiran museum sejarah sebagai bagian dari pariwisata belakangan banyak diminati. Setiap hari libur tingkat kunjungan cukup tinggi. Di Palembang, sektor wisata ramai dikunjungi wisatawan. "Liburan keluarga memang jarang dijadikan momen ke tempat-tempat museum," terangnya. Tetapi, pada momen-momen tertentu ramai.

Ke depan pihaknya akan melakukan penataan kenyamanan bagi pengunjung, bekerja sama dengan pihak terkait seperti pengelola museum dan bekerja sama dengan dinas pendidikan terkait baik Palembang ataupun kabupaten/kota lainnya. "Peningkatan promosi juga akan digencarkan," tandasnya. (nni/asa/ce1)

Sumatera Ekspres, Minggu, 3 Agustus 2014

Sabtu, 02 Agustus 2014

Melihat Angka Kecelakaan Arus Mudik-Balik Lebaran 2014

Turun 14 Persen, Dominan Human Erorr



Melihat Angka Kecelakaan Arus Mudik-Balik Lebaran 2014

Kecelakaan arus mudik-balik Lebaran 2014 diklaim turun 14 persen. Tapi ini masih menjadi persoalan. Sebab, satu nyawa saja melayang di jalan, itu masalah besar. Butuh kesadaran bersama akan pentingnya keselamatan berlalu lintas. Satu sisi, pemerintah juga harus siap baik dari infrastruktur hingga armada angkutan.

_________________________________________



Puncak arus balik diprediksi akan terjadi besok (hari ini, red) atau H+4 Lebaran. Jumlah pemudik diprediksi akan terus meningkat hingga Minggu 3 Agustus. Dengan tingginya intensitas kendaraan yang melintas, tentunya harus diimbangi dengan kewaspadaan para pemudik.

Pada mudik Lebaran 2014 kasus kecelakaan diklaim menurun 14 persen dibanding 2013 lalu. Namun, hars diingat, jika saat ini masih dalam proses arus balik. Tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan jumlah kecelakaan hingga H+7 Lebaran nanti.

Kementerian Perhubungan sendiri merilis data terbaru ju,lah kecelakaan selama musim mudik Lebara. Hingga H+2 atau tanggal 31 Juli lalu, total ada 2.003 kejadian yang menimbulkan korban jiwa hingga 429 orang.

Dari total 2.003 kejadian kecelakaan itu direkapitulasi sejak H-6 Lebaran secara nasional. Selain 429 orang neinggal dunia, ada juga 541 orang luka berat, dan 2.595 luka ringan. Angka di atas jumlahnya berkurang cukup dratis bila dibanding dengan tahun lalu.

Di hari yang sama, tahun lalu tercatat ada 2.337 kejadian dengan jumlah korban tewas mencapai angka 518 orang dan luka berat 848 orang, serta luka ringan 3.087 orang. Kemenhub juga menyampaikan pantauan volume lalu lintas di ruas jalan arus mudik hingga pukul 08.00 WIB kemarin. Laporan sementara secara umum, situasi lalu lintas masih lancar.

Dari sekian jumlah pemuci kecelakaan, ternyata salah satunya didominan faktor manusia atau human erorr. Manusia dalam hal ini pemudik yang mengalami kecelakaan karena ketidaksiapan fisik. Mereka pada hari sebelum keberangkatan dalam kondisi tubuh tidak prima. Angka kecelakaan paling tinggi yaitu pemudik dengan kendaraan pribadi yang mengemudi dalam keadaan lelah, mengantuk. Selain itu juga sopir kendaraan umum menjadi penyebab kecelakaan mudik disebabkan memaksakan tubuh tidak fit untuk tetap menyopir tanpa ada sopir pengganti.

Untuk diketahui, kasus kecelakaan pesepeda motor tahun lalu masih cukup tinggi selama mudik Lebaran. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susanto menyebut, data Korlantas Mabes Polri saat arus mudik 2013, yakni H-7, H1, H2 dan H+7, keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan mencapai 71 persen.

Angka itu setara dengan 163 kasus per hari, sedangkan korban tewas dari pesepeda motor mencapai sekitar 21 jiwa per hari. Karenanya pemerintah mengimbau agar pemudik yang menggunakan sepeda motor selalu waspada.

"Kami mengajak pemudik lebih waspada. Ada lima aspek utama dalam mengatasi permasalahan mudik," ujar Bambang. Kelima aspek itu, lanjutnya, mencakup keamanan, keselamatan, keterjangkauan, dan kultural. Di antara kelima aspek tersebut, aspek keamanan dan keselamatan merupakan faktor vital yang wajib diwaspadai ketika mudik.

Kemenhub, tahun ini telah berupaya mengurangi jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor agar beralih menggunakan transportasi umum. Seperti menyediakan angkutan gratis sepeda motor bagi pemudik, menambah tiket KA.

"Secara umum, upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menekan kecelakaan antara lain penerapan sepeda motor di jalur lambat, pembuatan jaur khusus sepeda motor, ruang henti khusus sepeda motor. Upaya-upaya untuk memperkecil terjadiannya kecelakaan terus kita lakukan," tandasnya.

Sementara Relawan Road Safety Association (RSA) Indonesia mengajak masyarakat untuk peduli atas keselamatan berlalu lintas khususnya saat mudik Lebaran. Begitu juga saat balik. Karena, keselamatan berlalu lintas pada dasar tergantung pada bagaimana pengemudi dapat mentaati peraturan saat di jalan raya.

Hal itu karena persoalan yang kerap muncul dalam dalam pelaksanaan mudik Lebaran adalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. "Bagi kami, satu nyawa saja melayang di jalan merupakan masalah besar. Karena itu, kami tidak bosan melakukan sosialisasi, edukasi, dan advokasi untuk menciptakan lalu lintas jalan yang aman, nyaman, dan selamat," kata Ketua Umum RSA Indonesia Edo Rusyanto.

Dia mengatakan pada 2013, selama arus mudik dan balik Lebaran setiap hari rata-rata 230 kasus kecelakaan dan merenggut 50 jiwa per hari. Menurut dia, meskipun angka-angka itu menurun jika dibandingkan dengan periode sama setahun sebelumnya, bagi RSA Indonesia peristiwa itu merupakan persoalan besar.

Menurut Edo, salah satu cara mengajak publik lebih peduli masalah keselamatan berlalu lintas jalan adalah lewat kegiatan seperti aksi simpatik. "Pilihan aksi simpatik di tiga titik Pangkaan Jati karena merupakan kawasan paling ramai di pintu keluar Jakarta menuju pantai utara (Pantura)Jawa," ujarnya.

Menurut dia, selain spanduk berisi pesan ajakan keselamatan jalan, relawan juga membagikan selebaran dengan isi yang serupa dan peta jalur mudik terbaru edisi tahun 2014. Aksi simpatik kali ini diikuti relawan RSA Indonesia dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, pekerja swasta, hingga wiraswastawan.

Sementara Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkomminfo) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengklaim arus mudik dan arus balik Lebaran tahun ini di wilayahnya melalui jalr darat, laut dan udara berjalan lancar.

Walaupun kemacetan terjadi di beberapa ruas jalan darat, hal itu dinilai akibat membludaknya volume kendaraan. Beberapa titik kemacetan didominasi di lokasi yang terdapat pasar tumpah di jalur yang dilewati.

"Ya kemacetan jalur darat sering terjadi di lokasi pasar tumpah seperti di wilayah Prabumulih, tapi kondisinya dinilai masih wajar, yang penting tidak terjadi kemacetan total," ujar Musni Wijaya, kepala Dishubkominfo Sumsel, kemarin (1/8).

Dijelaskannya, arus balik di Sumsel juga tidak ada hambatan, dan semua moda transportasi, baik pesawat udara, kereta api, bus AKAP yang mengangkut para pemudik lebaran berjalan cukup lancar.

Untuk tren arus mudik Lebaran tahun ini, kata Musni, Justru masyarakat Sumsel lebih banyak menggunakan moda transportasi udara lewat pesawat terbang. "Kalau pemudik yang menggunakan sepeda motor tidak terlalu ramai, mungkin karena di wilayah Sumatera beda dengan di Jawa yang kebanyakan menggunakan motor," ucapnya. Beda dengan arus mudik, arus balik justru lebih banyak didominasi menggunakan angkutan penyeberangan feri di Pelabuhan Tanjung Api-Api (TAA). (rel/cj9/roz/asa/ce1)

Ngantuk Picu Kecelakaan



Masih dalam suasana arus balik Lebaran, insiden kecelakaan merenggut korban jiwa terjadi di jalan lintas timur Palembang--Jambi tepatnya di Km 23, Desa Rejodadi, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, kemarin (1/8), sekitar pukul 11.00 WIB.

Dalam peristiwa tersebut pengemudi mobil Xenia, Ismet Hendrichayani (50), warga Surabaya Tewas. Sementara tiga penumpang lainnya luka-luka. Kecelakaan adu kambing antara mobil Xenia nopol B 1423 UOH yang dikendarai Ismet dan truk Isuzu nopol BG 8620 JB, dikemudian Ieawan (32), warga Kecamatan Sembawa, Banyuasin.

Kapolres Banyuasin AKBP Ahmad Iksan SIK, melalui Kasat Lantas AKP Sukamto didampingi Katim Laka Brigpol Robby, mengatakan, dugaan sementara penyebab kecelakaan karena sopir Xenia mengantuk sehingga tidak mampu mengendalikan kendaraannya. (qda/asa/ce1).

Di Sumsel, Turun 50 Persen



Pengemudi Diimbau Tetap Waspada
Setelah mudik Lebaran, masyarakat akan balik. Namun arus balik kali ini tidak terlihat begitu mencolok dibanding Lebaran sebelumnya. "Trafik kendaraan yang melintas memang terjadi peningkatan, tetapi tidak terlalu signifikan dibanding kondisi normal," ujar Dirlantas Polda Sumsel Kombes Pol Suharsono, kemarin.

Pihaknya memprediksi lonjakan arus mudik akan kembali terjadi besok (hari ini, red). itu karena masyarakat sudah mulai masuk kerja Senin nanti. "Prediksi kami arus mudik akan berakhir besok (hari ini, red)," ungkapnya.

Oleh karena itu pihaknya mengimbau, agar pengendara lebih berhati-hati untuk melintas karena dikhawatirkan jalanan akan ramai. "Kami imbau masyarakat bagi yang membawa kendaraan sendiri untuk memastikan kendaraan. Cek terlebih dahulu kendaraan sebelum mengendara," tuturnya.

Pastikan kondisi tubuh fit, dan jangan begadang sebelum mengendara karena akan menyebabkan kantuk sehingga membahayakan keselamatan. "Berhentilah di pos-pos yang telah disediakan jka terasa lelah. Beristirahatlah dan minumlah obat jika merasa sakit. Karena di pos tersebut kami menyediakan obat-obatan," tuturnya.

Kemudian, cek kendaraan secara berkala dalam perjalanan. Jika khawatir ada kerusakan berhentilah di bengkel terdekat untuk melakukan perawatan jangan sampai memaksakan kendaraan untuk terus melaju. Sebab, sepanjang jalan mudik banyak terdapat bengkel-bengkel siaga.

Terpenting kata Suharsono, jangan lupa memanjatkan doa sebelum berkendaraan. Karena atas kehendak-Nya, Insya Allah diberi keselamatan hingga tujuan. "Berdoalah sebelum mengemudi karena tanpa doa dan pertolongan-Nya, kita manusia bukan apa-apa," imbuhnya.

Dengan demikian pihaknya optimis tingkat kecelakaan dapat diminimalisir. Pihaknya mencatat selama arus mudik dan balik Lebaran 2014 tingkat kecelakaan mengalami penurunan hingga 50 persen dibanding periode 2013 lalu. "Secara kuantitatif tingkat kecelakaan turun. Tetapi secara kualitatif angka kecelakaan masih sama. Hal ini tergantung pada kesadaran pengendara," tukasnya.

Dikatakan, hingga hari ini (kemarin, red) angka kecelakaan arus mudik dan balik memcapai 29 insiden. Menurun dibandingkan tahun 2013 sebanyak 62 kejadian. Untuk hari ini, lanjutnya, jalur lintas di Inderalaya masih terlihat normal dan tidak mengalami penumpukan kendaraan. Walau demikian pihaknya tetap mngerahkan petugas untuk tetap berjaga. (qda/asa/ce1)

Sumareta Ekspres, Sabtu, 2 Agustus 2014

Jumat, 01 Agustus 2014

Bedah 1.000 Rumah Kumuh

Di Kawasan Seberang Ulu


Bedah 1.000 Rumah Kumuh
Butuh perhatian: Deretan rumah di pinggir Sungai Musi kawasan Seberang Ulu yang memerlukan perhatian pemerintah

_________________________________________



PALEMBANG --- Pemerintah Kota (Pemot) Palembang mengalokasikan dana Rp 10 miliar dari APBD tahun ini untuk program bedah rumah. Ada 1.000 rumah di kawasan Seberang Ulu (SU) I dan II yang akan dibedah.

Pelaksanaannya minggu kedua Agustus. "Setidaknya, sudah ada 1.000 kepala keluarga (KK) yang sudah didata untuk dibedah rumahnya," jelas Kepala Bidang (Kabid) Perumahan Rakyat Dinas PU Cipta Karya (PUCK) Kota Palembang, Albert Midianto, kemarin.

Dalam program bedah rumah ini, pihaknya akan terlebih dahulu memfokuskan perbaikan atap rumah, baru dilanjutkan dengan dinding dan lantai rumah yang dibedah.

Dijelaskan Albert, kawasan SU sengaja dipilih untuk menerima program ini sesuai surat keputusan (SK) daerah kumuh yang dimiliki Kota Palembang dan data dari pusat. Mayoritas kawasan kumuh sedang berada di wilayah SU. "Sebenarnya kalau berpatkan data, 80 persen rumah kumuhdi wilayah SU butuh renovasi. Namun, kami baru memilih yang paling layak dibantu yakni sekitar 1.000 rumah," imbuhnya.

Ke depan, dinas PUCK juga akan melakukan bedah rumah di kawasan Seberang Ilir hingga merata di seluruh titik yang memiliki rumah kumuh.

"Sebenarnya, kami sudah melakukan survei terkait penerimaan manfaat bedah rumah ini. Namun untuk akurasi data, sekarang kami masih melakukan survei ulang. Begitu sudah clear, maka akan segera dibangun," cetus Albert.

Lebih lanjut dikatakan Albert, KK yang berhak menerima bantuan program bedah rumah ini adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan jumlah tanggungan banyak. Lalu, akan dilihat pula kriteria rumahnya. Juga pekerjaan dan berdasarkan usulan dari RT, RW, tokoh masyarakat setempat, serta usulan dari diri sendiri.

Jika semua kriteria terpenuhi, ucap Albert, pihaknya akan melakukan survei ke lapangan bersama tokoh masyarakat setempat. Survei untuk mengecek kondisi rumah yang akan dibedah. "Kami memperioritaskan rumah warga yang memang mendesak untuk dibedah," pungkasnya.

Lebih lanjut dikatakan Albert, ciri-ciri rumah kumuh di antaranya, memiliki sanitasi yang buruk. Bahkan ada beberapa rumah yang belum memiliki sanitasi. Myoritas rumah kumuh berbentuk panggung dengan dinding papan dan atap rumah daun atau seng yang sudah berkarat.

Selain itu, untuk lantai rumah, masih menggunakan papan seadanya. Penghuninya kadang lebih dari satu KK dengan jumlah anak lebih dari tiga orang. "Rata-rata mata pencaharian mereka yang tinggal di rumah kumuh di sektor nonformal dan bersifat tidak tetap," tuturnya. Kondisi rumah kumuh cenderung berdempetan, bahkan tidak mempunyai jarak. (cj6/ce4)

Sumatara Ekspres, Jumat, 1 Agustus 2014

Kamis, 30 Januari 2014

40 Meter di Atas Air

Jembatan Musi III Telan Dana Rp 10 T


40 Meter di Atas Air

PALEMBANG --- Tiga tahun menggantung karena masalah ketinggian, rencana pembangunan Jembatan Musi III akhirnya menemui titik terang. Rapat di ruang Bina Praja Pemprov Sumsel, kemarin (29/1), menyepakati ketinggian jembatan ini minimal 40 meter dari atas permukaan air.

Pembangunan Jembatan Musi III ini akan menelan dana Rp 8-10 triliun, dari APBN,. Informasi terbaru itu diungkapkan Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Ir H Eddy Hermanto SH yang dibincangi Koran Ini usai melaksanakan rapat bersama konsultan Jepang. Mitsui Consultants Co Ltd.

Dijelaskannya, pembangunan Jembatan Musi III ini tetap menggunakan plan I yang sudah ditandatangani Gubernur Sumsel. Dokumen analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan detail engineering design (DED) pun sudah selesai. "Tinggal menambah kontruksi dan segera menyelesaikan pembebasan lahan saja," katanya.

Kata Eddy, Jembatan Musi III ini akan dibangun di sekitar lahan Pertamina kawasan Bagus Kuning. Badan jembatan akan melintas di atas Pulau Kemaro, hingga ujungnya menembus ke kawasan Merah Mata.

"Ini pas dengan program Pemkot Palembang yang akan mengembangkan wisata Pulau Kemaro. Pemandangan dari atas Pulau Kemaro akan menjadi objek wisata tersendiri bagi yang melintas di atas Jembatan Musi III," bebernya.

Diakui Eddy, selama ini pembangunan Musi III ini terkendala faktor ketinggian jembatan. "Hambatan untuk membangun Musi III ini karena dalam desain lama telah ditetapkan ketinggiannya 50 meter. Tapi dari Pelindo meminta ketinggian berada di atas itu," imbuhnya.

Masalah itu terpecahkan dengan adanya kesepakatan terbaru pada 23 Desember lalu. Pelindo mengatakan Jembatan Musi III boleh dibangun ketinggian minimal 40 meter, dan itu sudah sesuai dengan Kementerian PU. "Pembahasan itu alot dan tertunda selama tahun lamanya. Baru clear 23 Desember lalu. Kami akan segera melanjutkan pembangunannya dengan melakukan pembebasan lahan," cetus Eddy.

Ditambahkannya, dari Pelindo bahkan akan menyiapkan alat beratjika bahan pembuat jembatan datang. Ketinggian minimal 40 meter itu berpatokan pada air sungai pasang. Tapi lebih tinggi dari itu makin bagus. Asumsinya, tiang kapal tertinggi yang melintas di sana adalah 30 meter.

Kapal yang sering melintas merupakan kapal konvesional sepanjang 180 meter dengan ketinggian 40 meter. Untuk pendanaan Jembatan Musi III ini diakui Eddy belum diajukan ke pemerintah pusat. Tapi telah diperkirakan kalau kebutuhan anggarannya berkisar Rp 8-10 triliun dan semua akan dimintakan dari APBN.

"Kalau duhulu, dana pembangunan Musi III diprediksi hanya Rp 4-6 triliun. Tapi sekarang sudah berubah mengingat bahan baku sudah naik dan kontruksinya beda," tuturnya. Setelah ini, semua pihak terkait akan diundang, salah satunya untuk membahas persoalan dana. Yang jelas, suatu kemajuan karena sudah ada lampu hijau untuk pembangunan Jembatan Musi III ini.

Ditambahkan Eddy, jika pembangunan Jembatan Musi III terus tertunda, dikhawatirkan makin berdampak pada semakin macetnya Kota Palembang. Mr Akeyama, pimpinan tim dari Mitsui Consultants Co Ltd menyatakan, mereka sudah pernah paparan di kementerian terkait soal rencana pembangunan Jembatan Musi III ini. "Kami menyiapkan empat plan pembangunan Jembatan Musi III ini, namun belum ada persetujuan," katanya.

Ia bersyukur dalam rapat kemarin disepakati Jembatan Musi III tetap memakai plan I dengan ketinggian minimal 40 meter. Kata Akeyama, kedatangan mereka ke Palembang untuk melaksanakan studi mengenai Jembatan Musi di Sumsel.

"Desember lalu kami sudah datang dan melaksanakan diskusi, fokus untuk pembangunan Jembatan Musi III, dan beberapa jembatan lain. Ke depan kami akan meneruskan studi untuk pembangunan Musi VIII yang berada di lingkar luar Timur Kota Palembang," pungkasnya. (cj6/ce1)

Ada Rp 10 M untuk Musi IV
Kepala Satuan Non-Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksanaan Jalan Metropolitan Palembang, Ir H Junaidi, mengungkapkan tidak ikut dalam rapat membahas perkembangan pembangunan Jembatan Musi III di Pemprov Sumsel, kemarin. Namun ia memastikan, tahun ini tidak alokasi anggaran pada satuan kerja (satker)nya untuk pembangunan Jembatan Musi III.

"Yang ada masalah anggaran untuk kontruksi awal Jembatan Musi IV, sekitar Rp 10 miliar," ujarnya kemarin. Menurutnya, Jembatan Musi IV yang sudah tersedia dana pembangunannya itu menghubungkan Seberang Ulu (kawasan Sungai Kangkang) ke kawasan Dinas Tata Kota Palembang (Seberang Ilir).

"Sudah siap bangun tahun ini. Namun kami masih nenunggu perkembangan pembebasan lahannya saja oleh pemerintah kota. Cepat lambatnya pembangunan Musi IV tergantung lahannya," tutur Junaidi. Nah, untuk Jembatan Musi III, dia belum mengikuti perkembangan terakhirnya. "Kalau untuk Musi III, kami belum tahu," pungkasnya. (tha/ce1)

Rencana Jembatan Musi III



Menelan Rp 8-10 T dari dana APBN

Tinggi jembatan minimal 40 meter (Dengan patokan air pasang tinggi)

Sudah ada DED, amdal, dan persetujuan gubernur

Pangkal di Seberang Ulu di sekitar Bagus Kuning

Pangkal di Seberang Ilir di kawasan Pusri, tembus ke Merah Mata

Jembatan Musi III melintasi bagian atas Pulau Kemaro

Sumatera Ekspres, Kamis, 30 Januari 2014

Tata Ulang BKB Jadi Pusat Kebudayaan

Bergaya Arsitektur Hybrid



Tata Ulang BKB Jadi Pusat Kebudayaan
Indah: Pemandangan kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) di waktu malam. Bukti sejarah ini harus dilestarikan karena merupakan salah satu ikon Kota Palembang

PALEMBANG --- Wacana restorasi kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) kembali dibahas. Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin, mengadakan pertemuan tertutup dengan konsultan perencanaan PT Agro Lima Semarang yang menyusun detail engineering design (DED) pengembangan BKB. Usai pertemuan tersebut, Andi Siswanto, Direktur PT Agro Lima Semarang mengatakan, berdasarkan rencana yang mereka rumuskan, BKB akan ditata ulang menggunakan gaya arsitektur hybrid. Aplikasinya menggunakan konsep adoptive re-use terhadap bangunan asli di sana, sesuai dengan program tata ruang yang sudah disusun.

Di sana, nantinya akan terdapat museum diorama, open air museum, open teater, sekolah dan laboratorium, studio seni, pertunjukan dan teatrikal, home stay, art and craft shop, serta gedung serba guna.

"Museumnya akan berkonsep city history, dimana semua kebudayaan Palembang yang multietnis akan masuk ke sana. Dengan begitu, pengunjung dapat mengetahui lebih luas mengenai kebudayaan Palembang," tutur Andi.

"BKB akan dikembalikan lagi fungsinya sesuai dengan konsep semula sehingga menjadi potensi wisata yang menarik," ujarnya.

Tim persiapan restorasi BKB, H Toni Panggarbesi menyatakan, DED yang disusun akan menjadi sebuah patokan untuk membenahi kawasan BKB. "Butuh dana yang sangat besar untuk melakukan ini. Tidak hanya dari APBD, tapi juga harus melibatkan APBN ataupun corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan," bebernya.

Pemerintah daerah (Pemda) akan menyiapkan pengganti kantor dan akademi perawat (Akper) Kesdam serta RS AK Gani yang selama ini berada di sana. Diakuinya, butuh proses panjang untuk melakukan itu. Rencana restorasi ini akan menjadi pembicaraan antara gubernur dan Wali Kota Palembang, dan Pangdam II/Sriwijaya. "Kami pastikan ini baru perencanaan semata," cetusnya.

Gubernur Sumsel H Alex Noerdin menuturkan, restorasi dinilai perlu untuk membenahi kawasan pinggiran Sungai Musi. "Masalahnya sekarang, bagaimana mengimplementasikan rencana ini. Kita semua tahu, di kawasan BKB, bangunannya ada yang sudah dijadikan rumah sakit, akper, dan kantor TNI AD," ucapnya.

Langkah pertama harus dilakukan adalah memindahkan beberapa aset tersebut. Untuk itu, harus dibuat kesepakatan bersama. (rip/ce4)

Harus Lestarikan Cagar Budaya
Panglima Kodam II/Sriwijaya, Mayor Jenderal TNI Bambang Waluyo mengatakan, belum ada (koordinasi) terkait wacana restorasi BKB tersebut. "Saya bersyukur ada Kesdam di BKB. (Keberadaannya) sekaligus melestarikan BKB sebagai peninggalan sejarah bansa," ujarnya.

Menurutnya, pembangunan apa pun bentuknya harus memperhatikan cagar budaya dan lingkungan hidup. "Jangan hanya berpikir untuk mendapatkan keuntungan belaka. Kita harus melestarikan sejarah dan cagar budaya," tukasnya. (cj8/ce4)

Sumatera Ekspres, Rabu, 29 Januari 2014

Keberadaan Rumah Rakit di Tengah Ancaman Modernisasi

Nyaris Punah, Minim Perhatian



Keberadaan Rumah Rakit di Tengah Ancaman Modernisasi

Rumah apung atau lebih dikenal rumah rakit, hingga kini masih menghiasi Sungai Musi. Bentuknya yang unik menjadi daya tarik tersendiri. Tidak ada rasa takut penghuninya mendiami rumah tersebut. Sayang, jumlahnya tak banyak lagi.

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •



Bagi masyarakat Palembang, sebutan rumah rakit tidak asing lagi. Bahkan pada zaman Kesultanan Palembang pendatang yang berkunjung harus menetap di atas rakit termasuk warga Inggris, Spanyol, Belanda, Cina, Campa, Siam, bahkan Kantor Dagang Belanda pertama berada di atas rakit, lengkap dengan gudangnya. Rumah rakit ini selain sebagai tempat tinggal, juga berfungsi sebagai gudang, dan kegiatan ekonomi.

Memang, keberadaan Sungai Musi kala itu sangat vital hingga menjadi urat nadi Kota Palembang. Bahkan, menjadi jalur transportasi perdagangan lintas negara. Hingga saat ini, rumah tersebut masih lestari. Tapi, jangan salah, lambat-laun terancam punah jika pemerintah enggan melestarikan rumah yang menjadi warisan turun-temurun masyarakat Palembang ini.

Rumah rakit sendiri pada dasarnya merupakan bentuk rumah yang tertua di Kota Palembang dan mungkin telah ada pada zaman Kerajaan Sriwijaya. "Rumah rakit sudah ada sejak dulu. Orang tua saya lama tinggal di rumah ini, kami sangat bersahabat dengan sungai," ujar Ridwan, warga yang bermukim di pinggiran sungai.

Keberadaan rumah rakit jangan dijadikan sesuatu yang aneh, justru ini menjadi aset daerah yang harus dipertahankan. Memang, zaman sekarang sedikit sekali yang mau tinggal di sungai, kebanyakan di darat. Tapi, itulah hasil karya masyarakat temp dulu. Artinya, patut dihargai, sehingga menjadi kebanggaan bersama.

"Itu ada jiwanya, jadi tidak bisa dipaksakan. Tentunya, rumah rakit ini harus dijaga kelestariannya. Jika tidak, maka hanya akan menjadi cerita bagi anak cucu kita," terangnya. Pemerintah tentunya jangan tinggal diam. Harus ada upaya pelestarian, dengan tetap menjaga kebersihan sungai. Karena pada dasarnya, rumah rakit itu terbilang unik.

Fondasi terbuat dari bambu yang menjadi bahan utama membuat rakit. Bahan bambu inilah yang membuat rumah rakit bisa mengapung. Naik serta turun, tergantung pasang surut sungai. "Terlepas dari apa yang melekat pada rumah rakit tersebut, tentunya menjadi catatan bersama, bahwa jika keberadaan rumah rakit tersebut berkurang, maka anak cucu kita hanya akan mendengar ceritanya saja, tanpa mampu menyaksikan bentuk rumah rakit dimaksud," katanya.

Hasyim (67), warga asli Palembang, punya cerita tersendiri tentang rumah rakit ini. Menurutnya, rumah yang berbahan baku bambu baratapkan kajang kala itu, kerap dihuni warga asing dari Cina. "Warga Cina yang hendak berdagang ke Palembang kala itu banyak bermukim di rumah rakit karena, permukiman di daratan belum ada. Itulah sebabnya, pada zaman Kesultanan Palembang, orang asing harus menghuni rumah rakit," ujarnya.

Masih kata dia, rumah rakit ini peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Memang, tidak semua orang mampu membuat rumah rakit, karena rumah tersebut membutuhkan dana besar. Terlebih, setiap tahun bambu sebagai bahan utama, harus dilakukan penggantian. Jika dibiarkan saja, maka berdampak pada kerusakan yang menimbulkan tenggelamnya rumah tersebut. (roz/asa/ce4)

Didesain Ikuti Pergerakan Air



Dahulu, rumah terbuat dari kayu dan bambu yang menggunakan atap kajang (nipah) dan sirap. Belakangan ini, menggunakan atap seng, karena bahan yang lebih ringan dan bisa menahan tiupan angin kencang. Rumah rakit memang hanya terdapat di Palembang, Sumsel. Konon, dahulu merupakan hunian keturunan Tionghoa.Rumah rakit merupakan bentuk rumah tertua di Kota Palembang dan telah ada pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Saat itu, penduduk asing yang berniaga harus tinggal di rumah rakit karena mereka tidak diberikan izin untuk menetap di daratan.

Rumah rakit ini tidak hanya dijadikan tempat tinggal bagi puluhan keluarga, tetapi menjadi lokasi strategis berniaga. Namun, puluhan rumah rakit di Sungai Musi sebagian besar berupa bangunan yang terbuat dari bahan kayu yang tampak rapuh.

Yanto (47), pemilik rumah rakit di kawasan Kertapati mengakui, tinggal di rumah rakit karena tidak mampu membeli rumah di darat. "Dulu, kami membangun rumah di atas sungai karena tidak mampu menyewa tempat tinggal di darat," ujarnya.

Ia menjelaskan membangun rumah rakit lebih dari 20 tahun lalu dan hanya cukup diketahui RT dan warga sekitar sungai. Rumah rakit tersebut terbuat dari kayu berupa papan seperti umumnya rumah di darat.

Di dalam ada ruang tamu, ada ruang tidur, ruang tengah untuk nonton TV, kamar mandi, dapur seperti layaknya rumah tinggal kita di daratan. Rumah Yanto tersebut diadaptasi dengan kondisi arus air karena didesain persis rakit kayu yang akan bergerak ketika air bergerak. "Ketika musim hujan, air sungai pasang, biasanya rumah berada di tengah sungai. Ketika sungai surut, rumah pun bergeser ke tepi," katanya lagi.

Menurutnya, rumah rakit dibuat dengan sistem knockdown. Maksudnya, bagian-bagian rumah, seperti pintu, jendela, dan lainnya sudah dibuat terlebih dahulu. Pemerintah harus benar-benar serius untuk melestarikan rumah rakit. (roz/ce4)

Jadi Ikon Sungai Musi

Pengamat budaya dan sejarah Palembang, Ali Hanafiah, mengatakan, rumah apung atau rumah rakit tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Sungai Musi sebagai jalur perdagangan internasional sejak zaman dahulu.

Ali yang menjabat Kepala UPTD Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang ini berharap, pemerintah kota memperhatikan dan melestarikan rumah rakit. "Pemerintah, warga, dan budayawan harus duduk bersama untuk mencari solusi terbaik agar rumah rakit tetap eksis dan menjadi ikon Sungai Musi. Misalnya, pemerintah bisa menjadikan rumah rakit sebagi hotel atau tempat penginapan yang menarik bagi para turis dan wisatawan yang ingin menikmati keindahan Sungai Musi," ungkapnya.

Ali menyatakan, pembangunan rumah rakit sangat jarang dan warga kurang meminatinya. Tapi, demi kelangsungan salah satu ikon budaya Palembang ini, maka mau tidak mau keberadaan rumah rakit tetap harus dipertahankan pemerintah.

Agar rumah rakit diminati banyak kalangan, maka rumah tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, walau tidaklah mengubah seratus persen bentuk dan struktur bangunan.

"Kalau bisa, isi dalam rumah rakit dibuat lebih modern biar warga atau turis merasa nyaman. Tapi untuk bagian luar tetap dipertahankan, yakni bahan utama bambu dan kalau bisa menggunakan atap dari nipah, biasanya dicat berwarna merah dan biru, sebagi ciri khas rumah rakit sejak zaman dulu," ujarnya.

Pada masa kini, rumah rakit lebih memilih menggunakan atap dari bahan seng dan genteng, sementara nipah sudah ditinggalkan. Alasannya, karena nipah rawan ditiup badai dan angin kencang. Selain atap nipah, salah satu ciri khas dari rumah rakit adalah adanya toilet terapung. (roz/ce4)

Sumatera Ekspres, Selasa, 28 Januari 2014